Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kiri) pada pertemuan bilateral di Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/11/2016).
© R Rekotomo /ANTARAFOTO
Senin (14/11/2016) sore, Presiden Joko Widodo bersama Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, meresmikan Kawasan Industri Kendal (KIK) Park by the Bay, Semarang, Jawa Tengah. KIK ini menjadi simbol penting yang memperkuat kerjasama bilateral bagi dua negara serumpun ini.
Bagaimana tidak, pembangunan tahap pertama KIK yang mencapai Rp7 triliun dengan total lahan seluas 860 hektare ini sudah menarik 20 investor yang menyatakan sudi menanamkan modalnya.
Salah satu investor itu adalah PT Tat Wai Industries, perusahaan asal Singapura yang memproduksi mebel seperti meja, kursi, dan lemari. Dilansir ANTARA, perusahaan itu akan membangun pabriknya di atas lahan KIK seluas 10.000 meter persegi dengan nilai investasi sebesar Rp65 miliar.
Bagi Indonesia, kesempatan itu dimanfaatkan dari potensi penyerapan tenaga kerjanya. Saat ini, tenaga kerja yang telah diserap perusahaan ini adalah 75 orang dengan 80 persennya adalah tenaga kerja lokal dari Kabupaten Kendal.
"Pemerintah Indonesia akan terus menjamin ketersediaan infrastruktur, antara lain transportasi, energi listrik dan gas, telekomunikasi, sumber daya air dan sanitasi, serta ketersediaan sumber daya manusia dan teknologi," ucap Presiden Jokowi, dalam laman resmi situs Sekretariat Kabinet.
Bentuk keseriusan Presiden itu dibuktikan dengan pengerjaan pembangunan koridor jalan tol Pemalang, Batang, dan Semarang yang dipercepat penyelesaiannya.
Pembangunan KIK direncanakan berlangsung dalam tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, pusat mode, dan pemukiman. Selain itu, KIK juga didorong sebagai kawasan industri padat karya berorientasi ekspor.
Perencanaan proyek KIK ini sebenarnya sudah disiapkan sejak delapan tahun lalu oleh Kementerian Perindustrian bersama Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kendal sebagai upaya akselerasi penyebaran serta pemerataan industri dan ekonomi nasional.
"Adanya KIK ini akan semakin menarik perhatian investor Singapura, dan menjadi proyek yang adil (win-win solution) bagi kedua negara," sambung Lee. Menurut Lee, pengusaha Singapura tidak hanya menanamkan modalnya di Batam-Bintan-Karimun (BBK) Kepulauan Riau, tetapi juga di daerah lain di Indonesia, termasuk di KIK.
Selain sektor industri, pertemuan bilateral ini juga membahas kelanjutan kerjasama di bidang lainnya, khususnya pariwisata. Kedua negara sepakat menandatangani nota kesepahaman (MoU) di bidang pariwisata dengan membuka lebih banyak rute kapal wisata (cruise).
"Ini adalah MoU tercepat yang pernah dibuat Singapura," kata Leong Yue Kheong, Assistant Chief Executive Singapore Tourism Board, dalam ANTARA.
Sejak 2010, Singapura sudah menunjukkan minat untuk menjalin kerja sama dalam pengembangan wisata kapal pesiar. Namun Indonesia masih memperhitungkan untung ruginya. Baru pada era Jokowi, kerja sama pariwisata dengan Singapura dijadikan prioritas.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan Singapura bukan semata sebagai pintu gerbang industri transportasi udara internasional dan pariwisata, tetapi juga memperluas pasar MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).
Faktanya, hingga saat ini, Singapura adalah penyumbang wisatawan terbesar ke Indonesia.
Pada 2015, ada 1.519.430 wisatawan Singapura yang mengunjungi Indonesia. Sementara di 2016, Indonesia menargetkan kunjungan wisatawan Singapura sebanyak 1.800.000 orang dengan destinasi favorit Batam, Jakarta, Bali, dan Surabaya.
Sebaliknya, Singapura juga merupakan destinasi wisata populer bagi orang Indonesia. Wisatawan asing yang datang ke Singapura paling banyak berasal dari Indonesia. Tahun 2015, jumlah kunjungan warga Indonesia ke Singapura mencapai 2,7 juta orang.
Sementara, di tahun yang sama, Singapura dikunjungi 15,2 juta wisatawan asing. Angka itu hampir tiga kali lipat dari penduduknya dan meraup devisa hingga USD17,7 miliar (Rp235,7 triliun) dari sektor pariwisata.
Singapura juga menyampaikan ketertarikannya dalam proyek listrik 35.000 MegaWatt (MW). Meski tak menjelaskan lebih jauh terkait ketertarikannya itu, namun Lee memberi sinyal positif atas investasi di sektor energi ini.
"Kita melihat ke depan pada investasi pertumbuhan yang lebih jauh antara Singapura dan Indonesia. Dalam hal tertentu, investasi, mungkin juga dalam sektor energi," tuturnya.
Menanggapi sinyal itu, Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Pandjaitan, mempersilakan jika Singapura ingin berkontribusi dalam proyek listrik ini dengan langsung mengikuti tendernya. "Kita usulkan juga supaya dia ajak local partner. Kalau Indonesia Timur, rata-rata listrik kecil dan menengah misal 5 MW, 10 MW, 15 MW, 25 MW," ujar Luhut.
Selama dua tahun terakhir, Singapura tercatat sebagai negara yang menanamkan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) terbesar di Indonesia.
Singapura, selama rentang enam bulan Januari-September 2016, menggelontorkan dana USD7,1 miliar, atau sekitar Rp96 triliun. Jumlah ini setara dengan 34,76 persen dari total PMA. Lalu disusul Jepang dengan investasi USD2,9 miliar, Hong Kong USD1,1 miliar, Tiongkok USD1 miliar, dan Belanda USD0,6 miliar.